Kamis, 08 April 2010

Tugas Investigate Reporting (Gedung Kesenian Miss Tjitjih)

Kentalnya cerita-cerita mistis tentang sang primadona, banyaknya rumor tentang mekhluk halus yang konon kabarnya bersarang didalam gedung tersebut. Hal ini makin diyakini dengan banyaknya pengalaman-pengalaman aneh yang dapat membuat bulu kuduk setiap orang yang mendengarnya berdiri. Namun semua itu tidak lantas membuat gedung kesenian tersebut sepi, kosong, dan dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Justru banyak anak-anak kecil yang dengan riang gembiranya menghabiskan sore di halaman gedung tersebut dan masyarakat sekitar pun sama sekali tidak terusik dengan sejarah gedung sang primadona.


Gedung Kesenian dibilangan Jakarta Pusat ini dikenal dengan nama Gedung Kesenian Miss Tjitjih. Gedung yang diresmikan tahun 2004 ini awalnya bernama Valencia Opera yang dipimpin oleh Abu Bakar Bafagih yang berasal dari Arab.

Saat kelompok drama ini keliling indonesia, Abu Bakar Bafagih bertemu dengan seorang gadis multitalented bernama Tjitjih yang berasal dari Sumedang Jawa Barat. Karena Abu Bakar Bafagih melihat kemampuan akting Tjitjih yang baik, ia mengajaknya bergabung didalam kelompok drama yang dipimpinnya.

Selain kemampuannya dalam berakting, Tjitjih juga mempunyai bakat lain seperti nyinden, main musik dan bela diri. Berkat bakatnya yang luar biasa dan peran-peran yang dimainkannya menjadikan Tjitjih sebagai primadona di Valencia Opera.

Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat lebih mengenal nama Tjitjih dibandingkan nama Valencia Opera. Peran Tjitjih yang sangat memukau dan cerita-cerita yang diangkat dalam drama tersebut bagaikan daya tarik tersendiri yang dapat menghipnotis banyaknya penonton, tak terkecuali para turis-turis asing. Kemudian mereka pun memberi gelar “Miss” pada sang primadona. Sejak saat itulah gedung kesenian ini berganti nama menjadi Gedung Kesenian Miss Tjitjih.

Sekarang Gedung Kesenian Miss Tjitjih ini dipimpin oleh Mang Esek, pria ini berasal dari daerah sekitar gedung Miss Tjitjih. Sudah hampir 40 tahun ia mengabdikan dirinya. Ia sudah ikut bergabung dalam kesenian Miss Tjitjih sejak kecil. Ayah dan ibunya pun dulu bergabung dalam kesenian ini. Awalnya ia juga seorang pemain, namun karena pengabdiannya yang sudah cukup lama, akhirnya ia dipercaya sebagai pengurus drama kesenian Miss Tjitjih.

Saat ini sudah ada 50 orang pemain yang berasal dari warga sekitar gedung kesenian Miss TjiTjih. Tidak hanya terdapat gedung pertunjukan saja didalamnya, namun tersedia pula wisma untuk pemain tamu yang sengaja diundang untuk mengisi pertunjukkan. Untuk para pemain inti pun disediakan asrama untuk tempat tinggal.

Dulu gedung kesenian ini bisa menampilkan pertunjukkan 1 minggu 3 kali. Namun sekarang karena terbatasnya biaya dan mulai sedikitnya penonton, akhirnya pertunjukan pun hanya digelar seminggu sekali yaitu pada hari sabtu jam 20.00 WIB, pertunjukkan ini pun berdurasi 2 jam. Harga tiket yang ditawarkan hanya Rp.10.000 saja per orang. Biasanya para penontonnya berasal dari warga sekitar.

40 tahun mengabdi membuat Mang Esek sudah banyak mengantongi pengalaman-pengalaman mistis. Salah satunya adalah setelah pertunjukkan usai, semua para pemain dan Mang Esek berkumpul diatas panggung. Mereka memang biasa berbincang-bincang dan berdoa bersama usai pertunjukkan. Kebetulan Mang Esek duduk tepat membelakangi bangku penonton dan para pemain duduk menghadap bangku penonton.

Setelah panjang lebar bicara Mang Esek melihat gelagat aneh dari para pemainnya. Mereka hanya diam dan tertunduk. Namun Mang Esek mengganggap kalau mereka hanya kelelahan. Akhirnya Mang Esek memutuskan mengakhiri bincang-bincang mereka. Setelah bubar dan mereka semua berada di luar ruang pertunjukkan, barulah para pemain menyampaikan bahwa mereka tadi melihat ada seorang gadis yang duduk di bangku penonton, tapi saat itu mereka tidak bisa mengatakannya pada Mang Esek, mulut mereka seakan-akan terkunci, begitulah penuturan Mang Esek.

Pengalaman mistis tersebut tidah hanya dirasakan oleh para pemainnya, ada pula mahasiswa bandung yang kebetulan sedang mengadakan penelitian dan seorang murid SMA yang datang untuk menyaksikan pertunjukkan tersebut. Dan secara tiba-tiba mereka kesurupan.

Pastinya masih banyak lagi pengalaman-pengalaman mistis yang sudah dirasakan Mang Esek. Namun ia mengaku tidak merasa kapok apalagi takut. Tidak ada sedikit pun niat dibenaknya untuk meninggalkan gedung kesenian yang sedah menjadi bagian dari hidupnya itu. Semangatnya untuk terus meneruskan pertunjukkan Miss Tjitjih perlu kita ancungkan jempol, meskipun keterbatasan biaya dan masalah-masalah lain yang sering ia alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar