Rabu, 07 April 2010

Tugas Investigate Reporting 2

Kamar Jenazah RSCM Menyimpan Banyak Cerita

Keadaan mayat yang terkadang mengenaskan, kematian yang terkadang tidak wajar, itulah gambaran kecil penyebab kematian mayat-mayat di RS. Ciptomangunkusumo. Bau busuk yang menyengat, bahkan mungkin tubuh mayat yang sudah rusak, tidak membuat para penjaga kamar mayat tersebut merasa jijik dan takut.

Pria muda berambut cepak itu bernama Muhammad Suhaemin. Namun ia lebih akrab disapa “Mamin”. Ia adalah salah satu petugas penjaga kamar mayat di RSCM. Sudah 3 tahun ia menggeluti pekerjaan ini.

Pria yang baru berusia 23 tahun ini mengaku, mayat-mayat disini tidak hanya berasal dari RSCM saja, namun berasal pula dari kiriman rumah sakit lain seperti UKI. Apabila ada mayat yang tidak dikenal, tidak ada keluarga yang mencari atau pun sudah rusak, pasti mereka mengirimnya ke sini. Kalau pun ada yang mengirimnya ke rumah sakit lain, mereka pasti mengirimnya lagi ke RSCM.
Setiap hari rata-rata 15-20 mayat masuk ke kamar mayat RSCM. Kebanyakan mayat-mayat tersebut meninggal karena bunuh diri, penyakit, kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan-kecelakaan lain seperti tenggelam. Mayat yang meninggal bukan karena penyakit melainkan harus divisum untuk mengetahui penyebab kematiannya. Oleh sebab itulah mayat-mayat tersebut dikirim ke RSCM.

Visum dilakukan atas rekomendasi polisi setempat yang menangani korban, tentunya juga dengan persetujuan keluarga korban. Apabila ada keluarga yang keberatan, mereka belum boleh mengambil mayat korban. Pihak keluarga harus mengajukan permohonan ke polisi agar mayat tidak divisum, sebelum mayat tersebut diambil. Itulah prosedur yang harus dipatuhi.
Tidak hanya mamin, kami pun mewawancarai petugas penjaga kamar mayat lainnya. Saefullah namanya. Pria berusia 37 tahun ini sudah 9 tahun bekerja sebagai petugas penjaga kamar mayat RSCM.

Laki-laki berseragam biru dan bersandal jepit itu mengaku, ia sudah terbisa dengan kondisi mayat-mayat yang rusak. Jenazah yang rusak kebanyakan adalah mayat-mayat membusuk yang baru ditemukan setelah beberapa hari terlantar. Sebagian lagi adalah korban kecelakaan lalu lintas, tertabrak kereta api, atau terkena ledakan bom.
Namun buat Saeful, begitu ia akrab disapa, memperlakukan jenazah normal maupun rusak hampir tidak ada bedanya. Semua jenazah tetap akan disimpan tiga hari hingga seminggu di kamar pendingin. Waktu tunggu diberikan untuk menjaga kemungkinan jenazah dikenali atau diambil oleh keluarganya.

Apabila selama itu jenazah tidak kunjung dicari keluarganya, Dinas Pemakaman DKI akan menjemputnya dengan ambulans, dan jenazah-jenazah itu akan dikuburkan di berbagai lokasi yang sudah ditetapkan seperti di Pondok Rangon Ciganjur, Tanah Kusir atau Tegal Alur, terserah pada Dinas Pemakaman yang mengaturnya.
Menurut Saeful, meskipun tidak diketahui latar belakang maupun namanya, seluruh jenazah tetap diperlakukan dengan layak. Sebelum dikubur mereka terlebih dahulu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Hampir seluruh jenazah tak dikenal prosesi pemakamannya menggunakan cara agama Islam.

Untuk korban kecelakaan, dokter forensik sering kali melakukan upaya rekonstruksi wajah untuk memperbaiki tampilan jenazah agar terlihat tidak begitu mengenaskan. Namun lebih sering, mayat kecelakaan dikubur dalam kondisi aslinya. “Kalau dagingnya copot-copot atau isi kepalanya keluar, akan dikembalikan lagi ke tubuhnya. Kalau isi otak yang pecah, dibungkus dulu dengan plastik, baru disimpan lagi di kepalanya dan ditutup kapas. Kemudian dibungkus pakai plastik dulu agar darahnya tidak berceceran," ujar Saeful yang setiap hari bertugas selama tujuh jam dan digilir dalam tiga sift.

Saeful mengaku, ia sudah terbiasa dengan bau busuk yang disebabkan oleh mayat-mayat yang sudah rusak. Namun ia mengaku tidak pernah jijik atau takut dengan mayat-mayat itu. "Bau sih bau, tapi ini kan tugas saya. Saya tetap bisa makan dan tidur seperti biasa. Saya juga tidak pernah mengalami hal yang aneh-aneh” ujarnya.

Menurut Ali (40) petugas Administrasi, hampir setiap bulannya 15-27 mayat yang tidak dikenali dikirim ke RSCM. Mayat tak dikenal mayoritasnya adalah gelandangan dan korban kecelakaan atau kriminalitas. Namun kamar mayat RSCM juga pernah "dihuni" oleh kalangan atas. Jasad konglomerat Marimutu Manimaren yang juga adik bos Texmaco Marimutu Sinivasan sesaat setelah ditemukan bunuh diri juga dikirim ke kamar mayat RSCM untuk diotopsi. Bahkan, petinggi Rabobank Hans Winkelmollen yang menjadi korban bom Hotel Mariott juga sempat singgah disini.

Menurut data Instalasi Kamar Mayat RSCM, jumlah jenazah tanpa identitas sejak Januari hingga September 2003 mencapai 179. Rinciannya, Januari sebanyak 24, Februari (23), Maret (24), April (22), Mei (26), Juni (20), Juli (19), Agustus (15), dan sejak 1-12 September (6 mayat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar